Selasa, 27 November 2012

Mimpikah Engkau

Setelah beberapa hari aku menguras tenaga dan konsentrasi untuk kepentingan ‘idul fitri, malam itu aku terlelap tidur sejak jam delapanan. Selain itu aku juga diserahi tanggung jawab oleh ayahku untuk melaksanakan acara houl ibuku dan tujuh bulan adik perempuanku.
Dua tahun lalu ibuku meninggal di rumah sakit. Ketika itu di luar sana orang-orang sedang sibuk merayakan ‘idul fitri. Sementara aku sedang sibuk merawat ibuku yang kondisinya “buang air besar dan kecil di tempat tidur”. H+5 “idul fitri“ sekitar jam delapan pagi tiba-tiba nafas ibuku terhenti, seakan tersumbat dan tersedak makanan. Rupanya tuhan sedang memanggilnya. Kurang lebih dua menit kemudian ibuku meninggal dalam dekapan dan tangisanku. Genap dua minggu aku menginap di rumah sakit.
Jam dinding berdetak memenuhi seluruh ruangan rumahku. Bunyi-bunyian malam asyik mengalunkan lagu campur sari yang tidak tentu nada dasarnya. Sesekali dari kejauhan sayup-sayup terdengan suara ayan jantan. Takbir, tahlil, dan tahmid terus berkumandang di mushalla dan mesjid di sekitar kampungku. Dari dalam kamar depan terdengar suara dengkur yang bersahut-sahutan. Seakan mereka sedang mengikuti festival seni suara. Jika dilakukan penilaian, maka detak jam dindinglah pemenangnya.
Di antara alammu dan alamku terdapat batas maya yang tak dapat kutembus. Kini kau sedang sibuk di tempat peraduan, tanpa didampingi oleh sang suami. Karena ada ketidacocokan dalam rumah tangganya, beberapa tahun yang lalu dia berpisah dengan suaminya. Sebenarnya aku tidak pernah mencari tahu tentang hubungan dia dengan suaminya, akan tetapi teman dekatnya yang selalu memberi tahu aku.
Apa yang sedang kau lakukan dalam tidurmu, aku hanya dapat menerawang dari jauh dengan daya imajinasiku. Seakan aku sedang berada dekat denganmu. Jiwamu ada dalam dekapanku. Mimpikan engkau ?
Entah berapa banyak hayalan telah kulakukan, ketika aku sadar terdengar suara adzan hampir selesai. Rupanya dua jam sudah aku terjaga dalam kegelisahan. Aku tersentak lalu bangun dari sofa yang menghadap televisi. Semalam suntuk televisiku tidak dimatikan, tapi entah siaran apa saja yang telah ditayangkan. Kutuang air putih, kuminum beberapa teguk, untuk sekedar membantu mengumpulkan sukmaku yang bertebaran ke berbagai alam kehidupan. Daya imajinasiku telah buyar. Kubuka kran. Berurutan kucuci muka sampai dengan kaki, untuk memunaikan kewajiban fardu ‘ain.
Kumulai aktivitas dalam dunia nyata, setelah menyelesaikan kesibukan dalam dunia maya. Kubuka lep top kulanjutkan mengetik cerpen yang tertunda dua minggu lalu, karena kesibukan kegiatan mid semester di STKIP. Di situ aku mengajar beberapa mata kuliah, diantaranya morfologi, sintaksis, semantik, sosiolinguistik, termasuk kajian prosa fiksi.
Sedang asyik aku menuangkan ide dan inspirasiku dalam cerpen, tiba-tiba daya imajinasiku terhenti karena mendengar instrumen lagu “Kabogoh Jauh” dalam HP-ku. Setelah HP kubuka ternyata ada SMS dari teman lamaku. “Bgus bngt crpn’y klo msh ad yg lain aq mo bc lg” ! Belum selesai aku mengetik SMS untuk menjawab permintaan Susi, HP-ku berbunyi lagi. Ternyata ada SMS yang lain , yaitu dari rekan kerjaku. Mt hr ry ‘idl ftr 1431 H. Mhn m’f lhr bthn”. Darji adalah salah seorang rekan kerjaku yang sangat perhatian kepadaku. Di tempat tugasku, dia termasuk orang yang dapat berpikir, berbicara, dan bersikap ilmiah. Selain itu dia juga mengerti siapa saya, dan begitu juga sebaliknya. Bahkan jika dia melihat aku sedang kebingungan atau kesusahan, dia sering menawarkan jasa untuk membantu menyelesaikan masalahku, termasuk meminjamkan uang kepadaku dengan tanpa jaminan apapun.
******************
Jika dihitung dengan kalender komariah, usiaku kini hampir lima puluh empat tahun. Tapi jika dihitung dengan kalender masehi baru menuju ke lima puluh satu tahun. Tiga puluh tahun lalu waktu kami masih sekolah di SPG Susi adalah teman akrabku. Sebenarnya waktu itu aku memendam rasa yang tidak pernah tersampaikan. Beberapa tahun lalu kami sempat bertemu dalam acara re uni. Aku tidak menyangka, dengan tanpa malu-malu dia menceritakan perasaannya padaku. “Sebenarnya dulu aku ingin mengucapkan rasa cintaku padamu, tapi aku tidak berani”. Sejenak aku terdiam karena terkejut, tidak menyangka dia mempunyai perasaan yang sama denganku. Aku bertanya dalam hati, kenapa tidak dari dulu, ? “Sayang” …. sayang” ! Gumamku. “Apa maksudnya ?” Tanya Susi. Segera aku mengalihkan perhatian kepada hal lain untuk menghindar sekaligus menyembunyikan perasaannku. Aku pikir sudah tidak ada gunanya lagi untuk membahas hal itu, toh usia kami sekarang sudah hampir kakek-kakek dan nenek-nenek. Rupanya aku tak sadar kata “sayang” keluar dari mulutku dan terdengar oleh Susi. Akibatnya dia penasaran dan terus menerus menanyakan hal itu.
Tiba-tiba dari kejauhan Teti berteriak memanggilku sambil berlari mendekatiku. “Puber kedua ni yeh !”. Teti juga teman akrab kami, walaupun dia berbeda kelas. Teti dan Susi di kelas IPS I dan II, sedangkan aku di kelas IPA I. Teti memiliki tubuh tinggi semampai dan berambut ikal. Sepertinya dia mengetahui rahasia tentang perasaan Susi kepadaku. Sejenak obrolan kami terhenti, mendengar lagu “Sepanjang Jalan Kenangan” yang dinyanyikan oleh Yati. “Pacarmu tuh lagi nyanyi”. Sepertinya Susi tidak senang aku mengalihkan perhatian kepada Yati. Padahal aku tidak pernah jatuh hati kepada Yati, walaupun kata teman-temanku Yati suka kepadaku. Aku dengan Yati memang sangat akrab dalam kegiatan OSIS.
Acara re uni selesai dan ditutup pada jam 14.30. Teman-temanku telah pulang, tinggal beberapa orang panitia sedang sibuk membereskan peralatan. Sebenarnya aku mau pulang, tetapi sepertinya Susi masih ingin ditemani olehku. Sebagai seorang suami yang bertanggung jawab aku punya rasa takut kalau-kalau obrolan kami ada yang melaporkan kepada istri saya. Kuantarkan Susi ke persimpangan jalan, lalu kulambaikan tangan kananku.
Malam harinyan ekitar jam 20.15 aku menerima SMS dari Susi. Ternyata dia benar-benar penasaran ingin tahu yang dimaksud dengan ucapan “sayang” yang kuucapkan tadi siang. Beberapa saat SMS-nya tidak kujawab, dengan harapan agar tidak tidak diperpanjang. Tetapi beberapa menit kemudian dia mengirim lagi SMS yang sama. Sejak saat itu kami selalu berkomunikasi melalui HP. Sampai pada suatu hari hampir-hampir istriku salah paham karena membaca tulisan SMS yang berbau asmara dalam HP-ku.
******************
Berbeda dengan para siswa umumnya, waktu aku duduk di kelas I SMP usiaku telah menuju ke delapan belas tahun. Walaupun aku masih kelas I SMP tetapi secara biologis aku jauh lebih dewasa dibandingkan dengan teman-temanku. Karena itu aku tidak canggung untuk bergaul dengan teman-teman wanita. Karena terpikat oleh seorang wanita yang menurutku cantik, pada suatu hari ketika kami sedang duduk-duduk di bawah pohon, terang-terangan aku menyatakan cinta, yang kususun dengan kalimat yang puitis dan romantis. Lestari tersipu malu, wajahnya merah kehitam-hitaman, karena memang kulitnya agak hitam, tapi di mataku dia banar-benar cantik. “Ehem, ehem”. Kata Tuti teman dekat Lestari. Dia menyindir kami dengan nada agak ketus. Entah apa maksudnya. Sebenarnya aku tak tergolong laki-laki tampan, tapi entah mengapa sepertinya banyak siswi yang menaksirku. Entah aku yang merasa ke-PD-an, atau mereka melihat aku dari sudut pandang yang lain. Atau karena aku pernah menjadi juara umum siswa berprestasi. Atau memang di mata mereka aku ini memang tampan. Entahlah, aku tak mengerti !
Satu kemungkinan lagi, waktu duduk di kelas II, aku pernah menulis artikel yang bertemakan “aktivitas belajar”. Dalam artikel ini kusisipkan bagaimana prilaku belajar siswa, khususnya di kelas. Suatu hari dalam upacara penaikan bendera, pembina upacara (kepala sekolah) membahas prilaku siswa yang persis dengan yang ditulis dalam artikelku. Rupanya artikelku yang berjudul “Mari Kita Sadari” sempat dibaca oleh kepala sekolah. Aku menjadi sangat tersanjung.
******************
Bulan Januari tahun 1967 aku didaftarkan masuk SD oleh bapakku. Waktu itu di papan nama sekolah masih ditulis SR (Sekolah Rakyat). Di sekolah ini banyak sekali didikan mental dan moral yang sang sangat berarti bagiku. Beberapa kali aku mendapat juara I.
Waktu aku duduk di kelas VI SD aku pernah tertarik bahkan tergila-gila kepada teman wanitaku. Waktu itu aku benar-benar tidak punya nyali. Yayat adalah teman sekelasku yang berwajah sangat cantik, berkulit putih bersih, dengan rambut terurai. Dalam pandangan mataku waktu itu, dia telihat seperti wanita dewasa.
Setiap waktu menjelang tidur aku sering menghayal dan membayangkan betapa cantiknya wajah Yayat. Dalam hayal, seakan aku bercanda dan bercengkrama diselingi gelak tawa. Tapi hanya di alam maya. Besok paginya sebelum bangun aku selalu menyempatkan menghayal, melanjutkan hayalan tadi malam. Hanya itu yang dapat kulakukan.
Dia cantik bukan hanya menurutku. Semua temanku juga mengatakan begitu. Hatiku selalu cemburu jika ada temanku yang mengatakan Yayat itu cantik. Lebih dari itu aku sering sakit hati karena pak Dedi guru kelas kami selalu memujinya. Bahkan terkadang pak Dedi terang-terangan memuji dan merayu Yayatwaktu belajar. Sakiiit rasanya hatiku ! *****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar