Selasa, 27 November 2012

ILMU GAIB DAN SIHIR

ILMU GAIB DAN SIHIR
Ilmu rahasia dan kekuatan supernatural yang konon digunakan untuk mencapai hal-hal di luar apa yang alami—berkaitan dengan kekuatan spiritistik dan okultik.
Konon ilmu ”hitam” terdiri atas mantra, teluh khusus, dan ”mata jahat” yang mendatangkan malapetaka atas musuh-musuh seseorang. Sebaliknya, menurut para pelakunya, ilmu ”putih” menghasilkan kebaikan dengan menangkal mantra dan membatalkan teluh. Di kalangan beberapa bangsa zaman dahulu, ilmu ”hitam” dilarangkan dengan sanksi hukuman mati. Akan tetapi, Alkitab selangkah lebih maju dan melarangkan setiap bentuk ilmu gaib. (Im 19:26; Ul 18:9-14) Dengan menggunakan jampi-jampi, yang konon diperoleh melalui pengetahuan dan hikmat supernatural, pelakunya berupaya mempengaruhi orang dan mengubah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa depan. Dalam hal ini ilmu gaib berbeda dari tenung, yang hanya berupaya menyingkapkan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa depan dan tidak mempengaruhi atau mengubahnya.—Lihat TENUNG.
Konsep ilmu sihir dengan kekuatan gaib terutama didasarkan atas kepercayaan bahwa roh-roh jahat dapat dibujuk untuk meninggalkan ataupun merasuki seseorang, bahwa mereka dapat dikelabui dan ditipu, dan bahwa mereka dapat ditangkap atau dikurung dalam sebatang kayu atau patung tanah liat. Misalnya, ada yang menyatakan bahwa dengan membuat jalur-jalur gaib yang terbuat dari madu atau hal-hal lain yang menyenangkan, hantu-hantu dapat tunduk kepada kemauan si tukang sihir.
Dengan adanya semua gagasan demikian, terbentuklah golongan imam yang licik, yang mempraktekkan ilmu gaib; mereka menjalankan kuasa yang besar atas kehidupan orang, dengan menuntut banyak bayaran dari orang yang ada di bawah pengaruh mereka dengan berpura-pura memiliki kekuatan supernatural atas dan melampaui kuasa hantu-hantu. Orang-orang percaya bahwa para tukang sihir profesional ini dapat membuat hantu-hantu mematuhi mereka tetapi sebaliknya, hantu-hantu tidak berkuasa atas para tukang sihir tersebut.
Praktek-praktek spiritistik ini, yang konon disebut ilmu, dikembangkan dan digunakan oleh orang Khaldea kuno dari Babilonia. Yesaya, pada abad kedelapan SM, memberi tahu kita bahwa pada zamannya berbagai jenis praktek sihir merajalela di Babilon. (Yes 47:12-15) Lebih dari satu abad kemudian, pada zaman Daniel, para imam yang mempraktekkan ilmu gaib masih menjadi anggota istana Babilonia. (Dan 1:20; 2:2, 10, 27; 4:7; 5:11) Ungkapan ”imam yang mempraktekkan ilmu gaib” adalah terjemahan harfiah dan eksplisit dari bahasa Ibraninya.
Orang-orang Babilonia sangat takut terhadap orang yang cacat fisik yang disebut tukang sihir, karena percaya bahwa mereka adalah penyebar ilmu ”hitam”. Sebaliknya, para imam konon adalah ahli ilmu ”putih”. Mereka percaya bahwa mantra yang diucapkan oleh seorang imam dapat menyembuhkan orang sakit, tetapi dapat membunuh orang tersebut apabila diucapkan oleh seorang tukang sihir.
Ada kemungkinan bahwa sewaktu orang-orang terpencar ke seluruh bumi akibat dikacaukannya bahasa-bahasa di Babel, mereka membawa serta konsep-konsep ilmu gaib demikian. (Kej 11:8, 9) Dewasa ini jutaan orang mempraktekkan kekuatan gaib berupa mantra, yaitu kata-kata yang bersifat mistik, himne, atau doa-doa Hinduisme populer yang membuat orang tersihir. Imam-imam yang mempraktekkan ilmu gaib, para dukun, dan orang-orang yang mempraktekkan segala jenis sihir dapat ditemukan di banyak tempat di seluruh dunia, sebagaimana dahulu di kalangan orang-orang Mesir abad ke-18 SM, pada zaman Yusuf. (Kej 41:8, 24) Lebih dari dua abad setelah Yusuf dijual menjadi budak, imam-imam Mesir yang mempraktekkan ilmu gaib tampaknya sampai taraf tertentu dapat meniru dua mukjizat pertama yang diadakan Musa. (Kel 7:11, 22; 8:7) Namun, mereka tidak berdaya pada waktu harus mendatangkan agas, dan harus mengakui bahwa itu adalah hasil ”jari Allah!” Mereka juga tidak berdaya dalam mencegah agar tulah bisul-bisul tidak menjangkiti mereka sendiri.—Kel 8:18, 19; 9:11.
Dikutuk Alkitab. Alkitab secara mencolok berbeda dari tulisan-tulisan orang-orang zaman dahulu lainnya karena selalu mengutuk kekuatan supernatural dan ilmu gaib. Alkitab tidak pernah merekomendasikan ilmu ”putih” untuk membatalkan jampi-jampi ilmu ”hitam”. Malah, orang dianjurkan untuk beriman, berdoa, dan percaya kepada Yehuwa sebagai perlindungan terhadap ’kumpulan roh fasik’ yang tidak kelihatan dan semua kegiatan mereka yang terkait, termasuk pengaruh supernatural. (Ef 6:11-18) Dalam buku Mazmur, orang yang adil-benar berdoa memohon kelepasan dari yang jahat; Yesus mengajar kita untuk berdoa meminta kelepasan ”dari si fasik”. (Mat 6:13) Di pihak lain, Talmud dan Quran mentoleransi takhayul dan perasaan takut. Buku Tobit dalam Apokrifa memuat bagian-bagian yang tidak masuk akal tentang ilmu sihir.—Tobit 6:5, 8, 9, 19; 8:2, 3; 11:8-15; 12:3; lihat APOKRIFA (Tobit).
Oleh karena itu, dalam hal ini bangsa Israel berbeda dari bangsa-bangsa sezamannya, dan agar hal itu tetap demikian, Yehuwa memberi umat-Nya beberapa hukum yang sangat eksplisit mengenai orang-orang yang akrab dengan kuasa-kuasa gaib. ”Seorang wanita tukang sihir jangan kaubiarkan hidup.” (Kel 22:18) ”Jangan mempraktekkan ilmu gaib.” ”Mengenai pria atau wanita yang padanya terdapat roh cenayang atau roh peramal, mereka harus dibunuh.” (Im 19:26; 20:27) ”Jangan didapati di antaramu . . . orang yang mempraktekkan ilmu gaib, orang yang mencari pertanda, seorang tukang sihir, orang yang mengenakan jampi pada orang lain, orang yang meminta nasihat cenayang.”—Ul 18:10-14.
Nabi Yehuwa juga menyatakan bahwa Allah akan memusnahkan semua orang yang senang dengan ilmu sihir. (Mi 5:12) Beberapa orang seperti Saul, Izebel, dan Manasye, yang meninggalkan Yehuwa dan berpaling kepada salah satu bentuk sihir, merupakan contoh dari zaman dahulu yang tidak patut ditiru.—1Sam 28:7; 2Raj 9:22; 2Taw 33:1, 2, 6.
Kitab-Kitab Yunani Kristen juga memberi tahu bahwa ada banyak sekali tukang tenung di seluruh Imperium Romawi pada zaman Yesus dan para rasul. Di P. Siprus, ada orang semacam itu yang bernama Bar-Yesus, yang dikecam Paulus sebagai orang yang ”penuh dengan segala macam kecurangan dan segala macam kejahatan, . . . putra Iblis”. (Kis 13:6-11) Akan tetapi, ada orang-orang lain seperti Simon dari Samaria yang meninggalkan praktek-praktek ilmu gaib mereka dan memeluk Kekristenan. (Kis 8:5, 9-13) Pada suatu peristiwa di Efesus, ”cukup banyak dari antara mereka yang mempraktekkan ilmu gaib mengumpulkan buku-buku mereka dan membakarnya habis di hadapan semua orang. Mereka menghitung harga semuanya dan mendapati nilainya lima puluh ribu keping perak [jika dinar, $37.200]”. (Kis 19:18, 19) Sewaktu menulis surat kepada orang-orang di Galatia, rasul Paulus menyebutkan okultisme yang bersifat spiritistik di antara ”perbuatan daging”, dan memperingatkan mereka ”bahwa orang yang mempraktekkan hal-hal demikian tidak akan mewarisi kerajaan Allah”. (Gal 5:19-21) Semua orang yang berkanjang melakukan praktek-praktek ala Babilon tersebut akan berada di luar Kerajaan yang mulia itu. (Pny 21:8; 22:15) Bersama Babilon Besar, yang begitu terkenal karena menyesatkan bangsa-bangsa melalui sihirnya, mereka semuanya akan dibinasakan.—Pny 18:23; lihat KUASA; PEKERJAAN PENUH KUASA (Penggunaan kuasa dengan bertanggung jawab).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar