Jumat, 30 November 2012

HAKEKAT IBLIS

HAKEKAT IBLIS

Dalam Kitab at-Tawasin karya besar Mansur al-Hallaj:
ALLAH bertanya pada Iblis,”Mengapa kau enggan bersujud pada Adam?”,
Iblis menjawab,”Tiada yang patut kuagungkan selain Diri-Mu”.
ALLAH bertanya balik,”Kendati kau akan menerima kutukan-Ku?”.
Iblis menjawab,”Tidak mengapa, karena hasrat hatiku tak sudi condong pada yang lain. Hamba hanyalah an Object lover“.
Kemudian Iblis bersyair: “Kendati Kau membakarku dengan Api Suci-Mu yang menyala-nyala untuk selamanya/aku tak akan pernah sudi tunduk pada kesadaran ego (manusiawi)/pernyataanku berasal dari hati yang tulus/dalam Cinta aku berjaya, bagaimana tidak?”
Iblis melanjutkan syairnya: “Sesungguhnya tiada jarak yang memisahkan Dikau denganku/ketika tujuan tercapai/kedekatan dan jarak adalah satu/kendati aku ditinggal derita/keadaan itu akan menjadi karibku/jika Kasih itu satu, bagaimana kita bisa berpisah?/dalam kemurnian yang mutlak, Diri-Mu kuagungkan/bagi seorang hamba dengan hati yang benar/bagaimana dia menyembah sesuatu selain Dikau?”.
Ribuan kali, ALLAH memerintahkan Iblis bersujud, bow down!, tetapi dia tetap enggan, lalu ia bersyair: “Duh Gusti, segala sesuatu termasuk diriku ini adalah milik-Mu/Kau telah memberikanku pilihan/namun Kau telah menentukan pilihan-Mu bagiku/jika Kau melarangku dari bersujud, Kau adalah Pelarang/jika aku salah paham, jangan Kau tinggalkan daku/jika Kau menginginkanku bersujud dihadapan-Nya,  hamba patuh/namun tak seorangpun lebih mengetahui tentang Maksud-Mu selain Nuraniku ini”. Atas penolakannya, ALLAH menganugerahkan “A highest gift” pada Iblis berupa kutukan dan penderitaan. Dengan legowo, tanpa bertanya lagi, tanpa mengeluh, ia menerima Anugerah-Nya yang Tertinggi, sekaligus terberat.
Sang Kekasih bertanya,”Tidakkah kau menolak Anugerah-Ku?”. Iblis, sang pencinta sejati menjawab, “Dalam Cinta di sana ada penderitaan/di sana pula ada kesetiaan/dengan begitu, seorang pencinta menjadi sepenuhnya matang/berkat kelembutan dan keadilan Sang Kekasih.” Claim Iblis yang mengatakan bahwa ia terbuat dari api dan Adam dari tanah, sehingga ia enggan bersujud, sangat simbolik.
Seorang Iblis, dengan “Divine Consciousness”-nya mustahil mempermasalahkan hal-hal fisik jasadi semacam itu. Melalui cermin Iblis, sebetulnya ALLAH sedang mengajarkan manusia tentang bahaya ego dan kesombongan akibat kesadaran rendah, di sisi lain Dia mengajari para malaikat tentang devosi murni model Iblis. Di sisi lain lagi, melalui para malaikat, Dia mengajarkan kesalehan pada manusia.  Alhasil, sesungguhnya Iblis merupakan Guru yang mengajarkan kesalehan pada para malaikat dan para malaikat mengajarkan kesalehan itu pada manusia. Pada saat yang sama, Iblis mempertunjukkan jalan keburukan pada manusia, agar manusia menghindarinya. Tampak bertentangan, ibarat kain bagus yang ditenun di atas bahan kasar (a fine garment is woven on a coarse,black backing). Dengan kata lain, “whoever does not know vice will not know virtue!“. Inilah “opposite science” menurut Hallaj. Lelucon Ilahi ini penuh makna, ibarat masquerade, natak penyamaran. Bersujud kepada Adam bukanlah perintah (a command), melainkan ujian (a test). Iblis mengetahui hal ini melalui bisikan-Nya lewat Nuraninya.
Al-Hallaj mengakui iblis sebagai monoteis sejati, begitu pula ”Muhammad“, simbolik bagi para Nabi, Kristus, Avatar,Buddha,Wali. Mereka adalah perangkat Ilahi. Sebagaimana iblis, Kanjeng Nabi Muhammad pernah mengalami test serupa. Beliau diperintahkan-Nya,”Lihatlah!”. Beliau tidak bergeming, tidak berputar ke kanan, tidak pula ke kiri (beliau tahu bahwa Dia bersemayam di Dalam Diri). Jangan mengkambinghitamkan iblis atas perilaku buruk kita. Manusia benar-benar mandiri dan bertanggungjawab sendiri untuk memilih jalan yang baik atau buruk. Baik (good) dan buruk (evil) hanyalah refleksi Kebenaran (Truth). Dan Gusti Allah di atas baik dan buruk, di atas cahaya dan kegelapan. Nur ‘ala nur, Allah itu Cahaya di atas cahaya.
Renungkan syair Iblis berikut: “Duh Gusti, Kau membebaskanku karena selubungku terbuka/Kau membuka selubungku karena Keesaan-Ku/membuatku satu dengan-Mu dari perpisahan/demi Keberadaan-Mu Yang Nyata/aku tak bersalah telah bersekongkol dalam kejahatan/tidak pula menolak nasibku/tidak pula gelisah dengan perubahan yang kualami/dan aku bukanlah orang yang membentangkan di hadapan manusia jalan kesesatan!”
Dalam kitab Almilal wannihal, malaikat ditantang berdebat dengan iblis :
Malaikat : Iblis, mengapa kamu tidak mau sujud kepada Adam
Iblis : “Malaikat, Allah sudah membuat undang-undang, jangan sampai kita sujud kepada lainya Allah dalam Alquran surat fusssilat ayat 37 diterangkan :
“Janganlah bersujud kepada matahari dan jangan bersujud kepada bulan tetapi bersujudlah kepada allah yang menciptakannya ( matahari dan bulan )”.
Barang siapa yg bersujud kepada selain Allah akan jatuh musyrik dan musyrik adalah dosa yg tidak mungkin diampuni lagi.
Jadi saya tidak mau bersujud kepada Adam dikarenakan saya tahu bahwa Adam itu mahluk, kalau saya sujud pd Adam maka saya musrik, maka saya tidak diampuni, dan saya mutlak sujud hanya pada ALLAH ta’ala saja dan tidak sujud lainnya Allah.
Malaikat : Iblis, kamu tidak tahu tidak sujud kepada Adam itu perintah Allah bukan kehendak Adam, tetapi kehendak Allah ta’ala, jadi kalaukamu bersujud kepada Adam artinya kamu sujud kepada Allah
karena itu perintah Allah.
Iblis : Memang betul, ini perintah Allah tapi perintah tersebut adalahuntuk menguji katauhidan kita. perintah itu memang ada yg semata-mata perintah, tapi ada juga perintah yang sifat untuk mengguji ketauhidan kita.
Dari pembicaran tersebut ada dua hal yg menarik yaitu:
- Apakah benar semata-mata perintah 
- Apakah perintah yang bersifat menguji
Saya ( iblis ) jelas mengetahui bahwa perintah itu adalah perintah yang bersifat untuk menguji katauhidan kita sebab yg mengetahui bahwa Adam itu adalah mahluk yg diciptakan dari tanah, masak saya sujud kepada mahluk dari tanah.
Malaikat : Darimana kamu mengetahui bahwa sujud kepad Adam itu semata-mata untuk menguji tidak semata-mata perintah ..???
Iblis : buktinya ada larangan sujud kepada lainya Allah itu belum dicabut. Dari satu segi dilarang sujud kepada lainya Allah dan segi lain diperintah sujud kepada lainya Allah. Bagaimana ( iblis ) saya tahu sujud kepada Adam itu semata-mata perintah kalau larangan belum dicabut, kalau larangan bersujud lainya Allah dicabut, maka saya akan mengetahui sujud kepada Adam itu semata-mata adalah perintah Allah. Oleh karena itu larangan belum dicabut maka jelaslah perintah sujud kepada Adam itu Adalah UJIAN.
Demikian percakapan malaikat dan iblis dalam kitab tersebut. Memang kalau kita lihat sepintas lalu menyalahkan IBLIS sangat mudah, akan tetapi seperti diatas iblis diuji ketauhidan yg sangat sulit sekali iblis pertama menggunakan alasan materi, alasan ke 2 kemudian iblis menggunakan alasan tauhid , alasan ubuddiyyah.
Wassalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar